Karya
: Jihan Pasha
Elok, sandaran bunga
Melayang tak tentu arah
Melihat Sang Surya tak menghangatkan negeri ku
Kuambil sebuah album
kenangan
Album di mana keadilan
terkuak
Makna tersirat terpaut jauh
Berpacu waktu
Berpacu kehidupan
Tantangan hidup terus bergilir
Berpuluh-puluh tahun lalu
Tinta merah terus bercucuran
Dan tangis terus meledak
Aku berada di sebuah tempat
menyakitkan
Berada di antara dua dimensi
Tergopoh-gopoh gemelap jiwa
Sunyi, senyap hilang ditelan masa
Mana kata bersatu ?
Sudikah pertiwiku mengampuninya ?
Aku
tahu, ini belum berakhir
Karangan
tak bertema mulai menyeruak
Melihat
sang mentari
Yang
dulu padam oleh semangat
Diluncurkan
lagi oleh sang pemuda !
Kugayuh sepeda tuaku
Hanya untuk kembali ke dasar
Berseru, memanggil
Pemuda-pemudi Indonesia
Semangat Indonesiaku !
Obor kemenangan belum padam
Sorak sorai penuh jiwa 17
agustus
Lembahan kulit jiwa
pasangkan kibaran pusaka
Rapatkan kenangan dengan
untaian
Tertutup jelas, entah hilang
ditelan bumi.
Kurapatkan pijakan tanah ini
Tergambar jelas, kunang di balik awan
Tahta mulai luntur
Tak ada yang tahu
Siapa yang menang
Dan siapa yang dirugikan
Kuakui mereka hebat
Memilliki uang
Memiliki tahta
Namun, kini aku ragu
Apakah mereka memiliki harga
diri
Mana pertiwiku ?
Hanyalah tikus-tikus kantoran
Yang mengandalkan uang
Tak peduli, siapa yang dirugikan
Mereka
boleh kaya
Mereka
boleh memiliki harta berlebih
Namun
tidak memiliki nurani !
Kan kupastikan pemuda-pemudi Indonesia
Kembali menjahit masa depan
Menjahit jati diri
Dan membuat Ibu pertiwi bangga
Junjunglah tinggi harkat dan
martabat Indonesiaku
Bersatulah kembali
Jayalah negeriku
Lupakan pertentangan malam
seribu bintang
Buatlah Ibu Pertiwi tersenyum dengan eloknya
Tangisan ibu Pertiwi hanya sosok pengampunan
Ciptakan generasi Bangsa, dengan langkahan Indonesia
Jayalah Indonesia ku
Negeri ku tercinta
Sepanjang hayat
Komentar
Posting Komentar