Sudah pasti banyak masyarakat yang
tahu tentang otak-otak ikan bandeng. Ya, makanan yang satu ini terbuat dari
cacahan daging bandeng yang sebelumya sudah diambil duri-durinya, lalu
dimasukkan ke dalam ikan bandeng yang masih utuh kepala, kulit, dan ekornyalalu
di kukus dan tinggal di goreng. Makanan praktis satu ini sangat digemari bagi
masyarakat. Tak heran, makanan yang satu ini mudah ditemukan. Selain enak,
masyarakat pun tak perlu khawatir akan tersedak bisa menyantap ikan bandeng
yang terkenal memiliki banyak duri. Tentunya para ibu-ibu tak perlu risau saat sang
anak menyantap ikan bandeng ini karena selain tidak ada duri, bandeng juga
terkenal kaya akan lemak esensial omega 3 yang sangat baik bagi kesehatan
syaraf, serta kandungan gizi asam amino essensial yang baik bagi pertumbuhan
dan perkembangan otak. Namun, belakangan ini tersiar kabar maraknya otak-otak bertabur
zat kimia pemicu kanker di pasaran karena dicampur menggunakan pijer atau yang
lebih dikenal dengan boraks. Biasanya, oknum nakal tersebut mencampur otak-otak
bandeng menggunakan boraks agar makanan tersebut lebih kenyal dan tahan lama.
Apalagi harga boraks dipasaran terbilang mudah di dapat karena banyak dijual di
tukang bumbu masakan dan harganya terbilang cukup murah yakni satu renceng
boraks berisi lima plastik kecil dihargai Rp 1.500. Seiring dengan kenaikan
kebutuhan harga pokok yang melambung, menyebabkan para penjual ingin menekan
harga biaya produksi dan membuat dagangan mereka awet. Biasanya, otak-otak
bandeng yang murni tanpa formalin hanya bertahan 2 hingga 3 hari saja. Berbeda
dengan otak-otak yang menggunakan fomalin, bisa bertahan hingga 1 minggu bahkan
lebih. Dan tentu saja, pelaku usaha ini juga menghiraukan kesehatan para
konsumen asal dagangan mereka laku. Padahal, otak-otak bandeng yang tercampur
dengan pijer atau boraks ini bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Apa dampak
kesehatan pemakaian boraks pada makanan? Pencampuran boraks atau pijer dalam
makanan memang tidak menimbulkan penyakit atau resiko secara langsung, namun
pemakaian boraks akan beresiko saat manusia sudah berumur di atas 30 tahun.
Dinas Kesehatan menjelaskan, penggunaan boraks akan berdampak ke depan dan akan
menyerang ginjal hingga bisa menyebabkan kanker. Selain itu, bisa pula mengakibatkan
disentri, juga bisa berakibat gastrointritis pada wanita, pada ibu hamil dapat
menyebabkan kerusakan organ dan keguguran, dan yang paling parah dapat memicu
kanker. Tak hanya menggunakan boraks atau pijer, beberapa oknum nakal ini juga
mengaku, dalam membuat otak-otak menggunakan bahkan ikan yang tidak segar
karena dijual cukup murah oleh penjual ikan. Untuk membuktikan kandungan zat
berbahaya maka pernah dilakukan study kasus oleh Bidan Diah di investigasi
resportase Trans TV, hasilnya 5 dar 10 sampel positif mengandung boraks dan
terdapat bakteri di semua sampel mengandung bakteri spesifik dan bakteri tahan
panas (bakteri tahan panas berkembang biak pada suhu 45 derajat celcius bahkan
pada suhu 121 derajat celcius) 2 dari 10 sampel positif mengandung salmonela
dan shigella. Shigella dapat meracuni usus bila daya tahan tubuh sedang rendah,
dan bisa mengakibatkan konsumen menjadi lemas kekurangan cairan karena penyakit
disentri. Sedangkan salmonella bisa menyebabkan wanita hamil keguguran. Dan parahnya,
bahkan oknum yang berbuat curang itupun mengedarkan hingga menitipkannya di
toko besar seperti swalayan, bahkan restaurant pun menggunakannya. Hal yang
paling aman yaitu dengan membuat sendiri sesuai resep dengan daging ikan
bandeng yang segar dan berkualitas. Namun, bila tidak sempat membuatnya
sendiri, kita wajib meningkatkan kewaspadaan dalam memilih dan membeli
otak-otak yang sehat dan tidak membahayakan kesehatan.
Namun meski begitu, jangan sampai
membuat Anda menghapus otakotak untuk menjadi bagian konsumsi Anda. Karena
masih banyak penjual otak-otak bandeng yang jujur seperti Yundi (26 tahun) asal
Ungaran ini mengaku bahwa dirinya tetap mengutamakan kualitas meskipun harga
otak-otak bandeng buatannya lebih mahal dibandingkan penjual di luar sana. Ia
tetap menggunakan bandeng pilihan, bahkan untuk bumbunya pun ia memilih bumbu
dapur yang masih segar dan tidak busuk. Walau adanya persaingan bisnis yang
ketat, ia tetap optimis selagi rasanya enak dan menyehatkan pasti konsumen akan
balik membeli kembali kepadanya walau harganya pun 2x lipat dibandingkan harga
di pasaran. Harga yang biasa di tawarkan di pasaran berkisar antara Rp 15.000 –
Rp 20.000, dan ia mengaku menjual otak-otaknya seharga Rp 30.000 untuk original
dan Rp 35.000 untuk varian rasa keju. Dalam
sehari, ia mampu meraup untung hingga ratusan ribu dari hasil berjualan
otak-otak bandeng. Selain berjualan otak-otak bandeng, ia juga ingin
memperlebar usahanya kelak dengan berjualan galantin ayam dan sapi, tahu bakso,
dan rolade ayam. Ia mengaku mendapat ide usaha ini dari sang ibunya. Ia melihat
ibunya yang hanya berjualan otak-otak bandeng jika hanya ada pesanan saja,
padahal menurutnya otak-otak bandeng buatan ibunya lumayan menjanjikan. Ia lalu
memutar otak bagaimana jika dia mulai mencoba membuat otak-otak bandeng yang
enak dan sehat, namun tetap bisa dijual awet dan agak lama. Ia mulai
mengumpulkan modal untuk membeli bandeng dan bumbu dapur lain. Sekali dua kali
mencoba memang gagal, namun selanjutnya ia merasa sudah cocok untuk dijual dan
awal mula ia berjualan dimulai dari menawarkannya lewat aplikasi instagram.
Teman-teman yang melihatnya pun tertarik lalu mulai pesan dan Yundi mulai
membuat jika ada pesanan saja. Lama kelamaan, ia mulai menyetok di rumah agar
jika ada orang yang ingin membeli, tak perlu memesannya terlebih dahulu hingga
sekarang. Agar tahan agak lama, lalu ia membeli alat press agar bisa mengepres
bandeng tersebut tanpa ada udara di dalamnya sehingga otak-otak awet dan bisa
bertahan di luar kulkas selama 5 hari. Dan jika di simpan di dalam kulkas bisa
bertahan hingga lebih dari satu minggu. Awalnya ia mengaku, pernah membeli
otak-otak bandeng di pasaran dengan harga 2x lipat jauh lebih murah dari
otak-otak bandeng yang biasa ia jual, dan rasanya yang keras serta hambar tanpa
ada rasa ikan yang kuat. Padahal seperti yang ia tahu, bandeng memiliki rasa
dan aroma yang kuat dibanding ikan-ikan yang lain. Ia membandingkan dengan
otak-otak bandeng buatan ibunya, terasa jauh lebih enak karena daging dan
bumbunya yang meresap serta teksturnya tidak kenyal dan lebih berserat sangat
mirip dengan tekstur daging ikan bandeng. Mulai dari situ, ia ingin membuat
olahan ikan bandeng ini yang benar-benar kaya akan rasa. Menurutnya, tak apa
bila harganya jauh lebih mahal karena bahan yang digunakan juga benar-benar
bahan yang segar dan tidak sembarangan. Dan ternyata benar, banyak yang
menyukai bandeng buatannya karena jauh lebih enak dari yang di jual di pasaran.
Hingga saat ini, ia mengaku sudah banyak pesanan untuknya. Selain rasa original
dan keju seperti saat pertama ia jual, ia ingin membuat inovasi baru seperti
otak-otak bandeng rasa pedas. Bagi pemyuka ikan dan rasa pedas, wajib dicoba
nih otak-otak bandeng buatan Yundi. Tak hanya di jual di Ungaran saja, ia juga mulai
menjual hingga luar kota seperti kota Pati, Kendal, Salatiga, bahkan ada pula yang
memesannya dari Jakarta dan Kalimantan.
Berikut, ada beberapa tips dari
Yundi bagaimana cara membedakan otak-otak bandeng yang sehat dan bagaimana
otak-otak bandeng yang berbahaya :
Otak-otak bandeng yang baik atau
sehat
1. Sangat
terasa serat ikan dan teksturnya agak kasar
2. Saat
otak-otak bandeng di pegang, terasa empuk
3. Sudah
tentu baunya khas ikan bandeng
4. Otak-otak
bandengnya terasa penuh atau tidak ada rongga
5. Rasanya
khas ikan dan terasa rempah-rempahnya seperti bawang merah, bawang putih, dan lengkuasnya sangat
terasa
Otak-otak bandeng yang berbahaya
1. Otak-otaknya
terasa halus bahkan tidak ada serat yang terlihat
2. Saat
otak-otak bandengnya dipegang, terasa agak keras dan kenyal
3. Baunya
tercium tidak enak seperti ikan bandeng yang mulai membusuk
4. Ada
rongga-rongga kecil di dalam otak-otak bandengnya. Dan akan semakin terlihat
saat diiris dan digoreng
5. Tidak
ada bau rempah yang tercium
Jadi,
berhati-hatilah untuk saat ini. Banyak makanan tidak sehat yang sedang
mengintai kesehatan Anda. Masih banyak oknum di luar sana yang memanfaatkan
bahan seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil maksimal. Namun meski begitu,
masih banyak pula penjual jujur seperti Yundi yang mengutamakan kualitas,
karena ia sadar kesehatan sangat mahal harganya. Ia berharap, masih ada penjual
jujur di luar sana seperti dirinya yang menjual otak-otak bandeng apa adanya
tanpa campuran bahan pengawet, dan ia menghimbau masyarakat untuk tetap waspada
jangan asal harga murah lalu membeli tanpa melihat kondisi barang tersebut.
Komentar
Posting Komentar